Perjalanan

Alkisah di suatu masa, hiduplah seorang pemuda. Ketika ia sudah cukup dewasa ia pun berencana untuk mendaki sebuah gunung di dekat desanya, ini karena ada desas-desus yang melegenda di desanya bahwa barang siapa yang berhasil mencapai puncak gunung tersebut niscaya ia akan dapat mendapatkan pemandangan yang amat menakjubkan dan akan memberikan kebahagiaan abadi bagi orang yang dapat melihatnya, akan tetapi walau sudah banyak pemuda yang mencoba untuk mendaki gunung misterius tersebut, tidak ada satu pun yang pernah kembali untuk menceritakan hasil pendakiannya, sehingga tidak ada yang dapat memberitahukannya secara pasti apakah pemandangan yang bisa dilihat memanglah indah ataukah hanya pemandangan yang biasa-biasa saja atau justru malah pemandangan yang menyakitkan mata. Karena rasa penasaran itulah maka ia pun bertekad untuk mengetahui kebenarannya dengan mata kepalanya sendiri. Ia pun mulai melakukan berbagai persiapan dengan menyiapkan perbekalan dan mencari sebanyak mungkin informasi yang sekiranya bisa membantunya didalam perjalanannya, dan dari infrmasi yang ia dapat, ia mengetahui bahwa ternyata di dalam gunung itu terdapat beberapa lapis hutan sebelum mencapai ke puncaknya. Akhirnya ia pun memulai perjalanannya.

Setelah melewati gerbang desanya ia pun mulai berjalan melawati sebuah jalur pendakian dari berbagai jalur yang tersedia, maka ia pun mulai masuk ke dalam hutan pertama. Bagaikan ”orang kota masuk desa”, maka hal itu pun yang terjadi dengan pemuda itu, ia melihat banyak hal yang sebelumnya belum pernah ia lihat, berbagai macam tumbuhan, hewan, buah, dan material yang lain. Begitu ”udik”nya ia maka setiap buah ia makan, setiap tanaman ia pegang, dan setiap hewan ia coba tangkap, sampai akhirnya di suatu tempat di hutan itu pada waktu malam, ia pun bertemu dengan orang lain, banyak orang malah, yang sedang berkumpul mengelilingi sebuah api unggun besar, terlihat seperti sedang berpesta, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi maka ia pun mencoba berbaur dengan orang-orang itu, dan ternyata mereka adalah para pendaki yang sebelumnya sudah memulai perjalanannya bertahun-tahun yang lalu, tetapi mereka tidak pernah bisa sampai ke puncak karena terlalu sering berpesta dan tidak mau meninngalkan hutan pertama itu, pada awalnya ia begitu menikmati dengan atmosfir di komunitas itu, tetapi dalam suatu pesta ternyata mereka semua memakan buah beracun dan mereka semua sakit, ia menderita dan dalam keputusasaannya karena tidak tahu obat apa yang harus diminum, hinnga akhirnya ia pun sadar dan berdoa kepada Allah, ”Ya Allah, berilah aku kesembuhan, maka aku akan meninggalkan komunitas ini dan terus melanjutkan perjalananku”, akhirnya karena karunia Allah, maka ia pun sembuh dan melanjutkan perjalanannya, meninggalkan para pemuja kesenangan di belakangnya. Setelah berjalan seharian penuh maka ia pun berhasil keluar dari hutan pertama, sejenak ia merasa lega dan mulai berbaring untuk beristirahat, tetapi setelah ia melihat ke depan ia baru sadar bahwa perjalanannya belum berakhir, sudah ada hutan kedua di depannya yang telah menanti untuk dihadapi.

Ia mulai memasuki hutan kedua, sekilas tidak ada yang berbeda dengan hutan pertama tetapi ternyata di dalam hutan kedua ini isinya lebih beragam, ada lebih banyak tumbuhan, hewan, buah, dan berbagai hal lainnya. Rasa penasarannya pun mulai merasukinya, ia mulai mencoba hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah ia lakukan, sampai akhirnya karena ia terlalu asik dengan itu semua maka ia pun tersesat di tengah hutan yang gelap, ia panik, takut dan cemas. Hingga ketika semua potensi akal, batin, dan jasadnya sudah tidak kuat lagi ia pun menangis dan mulai putus asa, dan ia pun memohon pertolngan seraya berdoa kepada Allah, ”Ya Allah, aku begitu bimbang, aku takut, aku tidak tahu harus kemana, maka tolonglah aku, berilah jalan dan petunjuk kepada hamba-Mu ini”, Allah pun menolongnya dengan cara mempertemukan pemuda tersebut dengan hamba-Nya yang lain. ”Hai sedang apa engkau di sini?”, kata seorang pemuda asing, pemuda desa itu pun menjawab, ”aku ingin pergi ke puncak gunung ini tetapi aku tersesat, pemuda asing itu pun menjawab, ”wah kebetulan sekali tujuan kita sama, bagaimana jika engkau ikut aku saja?, aku tahu jalan menuju kesana”, sang pemuda itu pun merasa senang dengan tawaran sang pemuda asing tersebut terlebih lagi di dalam perjalanan mereka berdua ada orang-orang yang ternyata memilih jalan yang sama, dari yang muda hingga yang sudah tua, semua menjadi satu barisan yang rapi dengan satu tujuan menuju puncak gunung itu. Di dalam kelompok itu ia merasakan suatu hal yang berbeda dengan kelompok sebelumnya, ia memperoleh banyak ilmu, terutama ilmu untuk menghadapi berbagai rintangan di jalan dan untuk memilih jalan yang aman. Hingga akhirnya mereka pun sampai di sebuah percabangan yang memiliki jalur berbeda-beda yang amat banyak, di sinilah sebuah kesedihan terjadi, ”kawan, selama ini kita sudah berjalan bersama-sama secara beriringan, saling menguatkan, saling melindungi, tetapi sekarang kita harus berpisah, kita semua memiliki jalur dan jalan kita masing-masing, tetapi kelak kita akan bertemu kembali di puncak”, semua sedih dan menangis tetapi mereka semua yakin ini hanyalah perpisahan sementara, kelak mereka akan bertemu lagi atas izin Allah, di puncak.

Lalu ia pun melanjutkan perjalanannya melewati hutan yang kedua, dan sekarang mulai memasuki hutan yang ketiga dengan beberapa temannya yang masih bersamanya, di sini semuanya semakin beragam, lalu lagi-lagi ada percabangan, maka ia pun sendiri lagi, tetapi tidak seperti sendiri yang dahulu, sekarang ia sudah mempunya prinsip, sudah mempunyai sedikit pengetahuan dasar untuk memilih sekiranya mana jalan yang harus ia tempuh. Tetapi pada kenyataannya berbeda, tidak seperti yang ia pikirkan, berjalan sendiri berbeda dengan berjalan bersama-sama, rintangan serasa lebih berat, napas serasa lebih sesak, jantung serasa lebih kencang berdetak. Ketika sampai di suatu percabangan ia melihat dua jalan yang berbeda, yang satu terus menuju puncak, tetapi yang satu landai kebawah, awalnya ia berpikir ingin memilih jalan ke bawah lantas sejenak beristirahat, tetapi kemudian ia berpikir kembali, jika ia memilih jalan ke bawah maka kapan ia bisa sampai ke atas?, oleh karena itu ia pun memilih jalan yang menuju ke atas.

Maka lagi-lagi ia menemukan percabangan, semua cabang yang dengan pengetahuannya ia tahu akan menuju ke puncak, tapi ia sekarang ragu, tidak ada siapapun yang bisa ia mintai pendapat, sekarang ia sendiri dan harus memilih, ya karena hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan akan ada konsekuensinya, maka pemuda itu berdoa ”Ya Allah Yang Maha Mengetahui, tunjukanlah jalan-Mu yang lurus, yang Engkau ridhai, yang Engkau anugrahi, Ya Allah Yang Maha Membolak-balikan hati, condongkanlah hati hamba-Mu yang lemah ini untuk senantiasa teguh berjalan di jalan-Mu”, dan diiringi ucapan Bismillah dan Allahu Akbar, pemuda itu pun mulai kembali melangkahkan kakinya untuk menuju puncak keridhaan-Nya..

Ibrah Inside

1. Hidup kita di dunia memiliki berbagai fase kehidupan, mulai dari kita di dalam kandungan, bayi, balita, SD, SMP, SMA, Kuliah, Kerja, Nikah, Uzur atau mungkin kita tidak sempat melalui itu semua. Setiap masa pun memiliki ceritanya masing-masing dan tentu saja setiap masa memiliki tingkatan masalah hidup yang makin kompleks dan beragam, tapi yakinlah semakin berat langkah kita, makan semakin tinggi kita dan semakin dekat ke tujuan kita. Ujian pula diberika leh Allah kepada hamba-Nya dalam rangka untuk melihat kesungguhan hamba-Nya beribadah kepada Allah serta untuk meningkatkan derajat keimanan kita. ”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS At-Taubah : 16)

2. Terkadang kita merasa capai dan jenuh untuk melanjutkan segala aktivitas kita, terutama aktivitas dakwah kita dan ingin rasanya berhenti dan beristirahat saja dahulu, tapi ketahuilah, satu-satunya waktu istirahat dalam masalah dakwah adalah ketika kaki ini sudah menjejak ke tanah surga!!, walaupun ada waktu untuk berhenti sejenak, itu adalah semata-mata untuk mengevaluasi dan mengoreksi sejauh mana kita sudah melangkah dan mencapai tujuan kita, sehingga kita tidak tersesat dan dapat kembali kepada kridor dakwah yang benar.

3. Hidup adalah pilihan, banyak orang mengatakan begitu, itulah yang harus kita siapkan, siap bekal untuk memilihnya dan siap bekal untuk menjalaninya.


4.Setiap kali kita akan memasuki suatu ”zona baru”, kita harus mempersiapkan segala perbekalan yang kita butuhkan, baik bekal jasmani kita maupun bekal ruhiyah kita, dan yang juga penting bagi kita adalah, sebisa mungkin kita sudah memiliki informasi seputar ”zona” tersebut, hingga kita akan siap menghadapai berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.

Sebenernya masih banyak ibrahnya, silahkan tulis ibrahnya menurut temen-temen di fitur ”komentar”..
Syukron atas perhatiannya, Jazakumullah Khairan Katsiran..
Wassalamualaikum Wr.. Wb..